Pagi itu aku tidak masuk kerja, karena kantorku sedang direnovasi,
jadi aku bisa istirahat seminggu. Lina sedang mengantarkan anakku
yang sudah dimasukkan ke playgroup. Tanganku tertusuk ujung obeng
waktu ngotak ngatik sound system di mobilku tadi, lalu kucari-cari
betadine di sana sini, tidak ketemu. Di mana ya? Perasaan Masih ada
betadine di kamarku ini. Lalu kucari di meja rias istriku. Kutarik
juga lacinya, karena biasanya Lina menaruh benda-benda kecil di situ.
Tapi pandanganku malah tertumbuk ke sebuah buku tebal. Buku apa ini?
Ternyata buku itu penuh dengan tulisan istriku. Semacam buku
harian. Iseng-iseng kubaca. Isinya mendebarkan. Rupanya setiap
kejadian penting dicatatnya di buku ini. Dan yang paling mendebarkan
adalah rangkaian kalimat berikut ini:
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
AKU mencintai Mas Janus dengan sepenuh hati. Tapi mengapa
semuanya ini harus terjadi? Bisakah aku disalahkan, sedangkan semua
yang telah kualami adalah "hasil karya" suamiku sendiri?
Aku harus jujur mengakuinya bahwa aku telah menikmati semuanya,
meski dengan perasaan bersalah. Tadinya kuanggap semuanya itu gila.
Tapi ternyata ada greget yang luar biasa, yang menimbulkan nikmat
dan sensasi luar biasa.
Aku masih ingat benar waktu terjadinya petualangan di villa Benny
itu, aku kaget sekali setelah menyadari bahwa yang sedang
menyetubuhiku adalah Benny, bukan suamiku. Aku juga kaget ketika
melihat suamiku sedang menyetubuhi Yayuk. Oh my God! Apa yang sedang
terjadi ini? Tapi lalu kusadari bahwa semuanya itu direncanakan oleh
mereka, oleh Benny dan suamiku. Sedangkan batang kemaluan Benny
sudah telanjur berada di dalam liang kemaluanku, aku sudah telanjur
merasakan nikmatnya entotan Benny yang memang lebih panjang dan
lebih besar daripada punya suamiku. Akhirnya aku memejamkan mata dan
mulai menikmatinya dengan perasaan melayang-layang.
Tetapi kreativitas sex Mas Janus tak berhenti sebatas itu saja.
Pada suatu hari dia mengungkapkan rencana baru, yaitu niatnya untuk
menjebak orang lain untuk menggauliku dan ia sendiri akan
mengintipnya. Menurutnya hal itu akan membangkitkan nafsunya yang
luar biasa. Lalu kuusulkan orang lain itu Troy, adik Mas Janus
sendiri. Ternyata usulku disetujui, meski dengan sedikit sindiran
bahwa aku seneng brondong.
Rencana itu jelas mendebarkan. Meski buat orang lain mungkin
merupakan hal yang aneh dan tak masuk di akal. Tapi aku sendiri
merasakan hal yang sama, ketika melihat suamiku sedang menyetubuhi
Yayuk, perasaanku dibakar cemburu, tapi lalu kulampiaskan
kecemburuanku dengan meladeni Benny seedan mungkin. Dan rasanya luar
biasa. Belum pernah kurasakan hubungan sex senikmat itu.
Lalu terjadilah sesuatu yang merupakan wujud dari rencana suamiku
sendiri. Bahwa Troy masuk ke dalam perangkapku.
Apakah Troy lebih dominan memberikan kepuasan padaku? Tentu saja.
Dia Masih bujangan. Zakarnya terasa keras sekali waktu membenam ke
dalam liang kemaluanku. Dan gesekan-gesekannya terasa begitu
mantap...lebih mantap daripada suamiku.
Tapi apakah dengan peristiwa-peristiwa edan itu cintaku pada Mas
Janus mulai pudar? Tidak! Aku malah semakin mencintainya, karena dia
telah menciptakan sesuatu yang membuat kepuasan luar biasa padaku. Malam itu Troy sampai tiga kali ejakulasi, karena baru sebentar
istirahat dari ejakulasi pertama, zakarnya kembali menegang. Dan
persetubuhan yang ketiga kalinya adalah hasil rangsanganku, membuat
dia bersemangat menyetubuhiku untuk ketiga kalinya.
Aku tahu bahwa semua yang kulakukan dengan Troy disorot oleh
kamera cctv dan dimonitor oleh suamiku. Dan semuanya itu memang
kehendak suamiku sendiri. Tapi setelah Troy keluar dari kamarku,
setelah aku selesai membersihkan vegyku di kamar mandi, Mas Janus
tak muncul juga. Lebih dari sejam aku menunggu, dia tak
muncul-muncul. Apakah dia ketiduran di kamar monitoring itu? Aku jadi serba salah. Mau mengetuk pintu gudang, takut dia lagi
asyik melakukan sesuatu. Yah, akhirnya aku rebahan dengan tubuh
lemas, karena tenagaku seperti dikuras waktu meladeni Troy tadi.
Menjelang subuh, ketika aku sudah tidur nyenyak, terdengar pintu
kamar dibuka, suamiku masuk.
Karena masih terkuasai alam tidur, aku bertanya lemah, "Kok
baru masuk? Tadi ngapain aja?"
Suamiku mencium pipiku sambil berbisik, "Jangan marah
ya...tadi aku ke rumah Benny."
"Terus?" tanyaku sambil menggesek mataku.
"Janji dulu, kamu gak marah ya."
"Iya janji. Ngapain ke rumah Benny?"
"Mmm...Yayuk ngajak...karena Benny lagi ke Medan..."
"Pantesan..." cetusku sambil mencubit lengan suamiku,
"Asyik dong..."
Suamiku cuma nyengir, lalu katanya, "Kamu
juga kan asyik sama si Troy tadi..."
"Jadi Mas gak nonton aku sama Troy tadi?"
"Nonton sebentar, terus pergi diam-diam. Tapi semuanya kan
direkam. Nanti bisa kutonton rekamannya."
"Ih...nanti kalau Benny juga ngajak aku diam-diam gimana?"
"Mau balas dendam? Hahaha...gakpapa. Yang penting laporan
sama aku. Kan aku juga laporan bahwa tadi aku sama Yayuk."
"Ih...kita kok jadi begini Mas?"
"Kamu nyesel? Jangan nyesel dong, tenang aja lagi."
Subuh itu suamiku tidak melakukan apa-apa padaku. Mungkin dia
sudah kecapean menyetubuhi Yayuk. Tapi aku sendiri juga masih lemas
karena habis melayani adik iparku yang masih sangat tangguh itu.
SETELAH suamiku berangkat kerja, seperti biasa aku mandi di bawah
semburan shower air hangat. Rasanya ingin membersihkan tubuh
sebersih mungkin. Entah kenapa. Selesai mandi aku berias dulu di
depan cermin rias, kemudiankeluar dari kamarku dengan hanya
mengenakan kimono. Kulihat pintu kamar tamu masih tertutup. Kamar itu dipakai oleh
Troy. Sudah sesiang ini dia belum bangun? Kucoba memutar handle
pintu kamar itu, ternyata tidak dikunci. Diam-diam aku masuk ke
dalam. Sambil menutupkan kembali pintu dari dalam, kulihat Troy
masih nyenyak tidur tanpa selimut. Dia hanya mengenakan celana dalam
dan kaus t-shirt sambil memeluk bantal guling. Selimut tergeletak di
sampingnya. Apakah dia tidak kedinginan? Dengan hati-hati aku merayap ke sisinya. Aneh, hasrat birahiku
berkobar lagi. Padahal tadi malam aku sudah dipuasi oleh adik iparku
ini. Lalu kalau pagi ini terjadi lagi seperti yang tadi malam,
apakah Mas Janus takkan marah? Ah, bukankah suamiku mengizinkanku
untuk melakukannya, asalkan nanti laporan padanya?!
Entahlah kenapa aku jadi begini bergairah, begini binalnya untuk
mendapatkan kepuasan seksual di pagi ini. Tapi Troy masih tidur
pulas, sampai tidak menyadari bahwa tanganku sudah menyelinap ke
dalam CDnya, sudah menggenggam batang kemaluannya yang masih sangat
lemas. Dan kuremas-remas dengan lembut sesuatu yang tadi malam
sangat memuaskanku itu. Aku mulai gemas, kusembulkan zakar Troy dari
celah CDnya, lalu tanpa ragu lagi kudekatkan wajahku ke zakar yang
masih terkulai lesu itu. Gap...mulai kukulum dan kumainkan ujung
lidahku untuk mengelus puncak batang kemaluan Troy. Dengan penuh semangat kuselomoti batang kemaluan Troy yang
perlahan-lahan mulai membesar dan memanjang....terdengar suara nafas
Troy, pertanda mulai bangun...batang kemaluannya pun mulai bangun,
mengeras dengan gagahnya!
Lalu terdengar suara Troy mendesah,
"Oo...oooh...mbak...oooh...ini enak sekali....oooh...." Tanpa pikir panjang lagi kulepaskan kimonoku, langsung telanjang
bulat karena tak mengenakan pakaian dalam...hmm..semuanya sudah
dipersiapkan! Lalu kutarik CD Troy, sehingga zakarnya yang sudah
berdiri dengan gagah itu tak tertutup apa-apa lagi. Kemudian
kudorong dadanya supaya terlentang. Lalu aku merangkak ke atas
tubuhnya sambil mengarahkan batang kemaluannya supaya melesak masuk menekan
liang kemaluanku yang sudah membasah dengan lendir libido ini. Lalu kuturunkan pinggulku, sehingga perlahan tapi pasti zakar
Troy membenam ke dalam liang veggyku. Oh, gila, rasanya aku horny
banget pagi ini. Aku menelungkup setelah menanggalkan t-shirt Troy. Lalu mulai
aktif, menaik turunkan pinggulku dengan goyangan yang sudah terlatih. Dengan sendirinya
batang kemaluan Troy dibesot-besot oleh dinding liang kenikmatanku. Troy terengah-engah sambil memeluk pinggangku erat-erat.
Membuatku makin bersemangat untuk menggenjot pinggulku, oh, rasanya
enak sekali pergeseran antara dinding liang kenikmatanku dengan
batang penis Troy yang gagah perkasa itu.
SAMPAI Troy meninggalkan rumahku, rahasia itu tetap kujaga. Troy
tidak kuberitahu bahwa semuanya itu "hasil karya" abangnya
sendiri. Aku tetap ingin menjaga image suamiku dan aku sendiri, agar
jangan dicap pasangan psikopat. Memang semuanya seolah hanya bisa
dilakukan oleh sepasang suami-istri yang psikopat. Tapi aku sudah
mulai menikmatinya, sudah mulai memahami jalan pikiran suamiku,
bahwa semuanya ini mendatangkan kenikmatan yang luar biasa,
sekaligus menghilangkan kejenuhan.
Hari demi hari berlalu. Apa yang kucemaskan tidak terjadi. Aku
dan Mas Janus enjoy-enjoy saja menempuh rumah tangga, tanpa badai
yang berarti. Bahkan anehnya sikap Mas Janus makin ramah dan lembut
padaku. Jadi tiada alasan bagiku untuk mempertentangkan
pendiriannya. Bahkan dengan jujur harus kuakui bahwa aku enjoy
dengan semuanya ini. Dan setuju dengan kata-katanya, "Daripada
selingkuh di belakang, mending selingkuh terang-terangan begini.
Yang penting semuanya harus under control. Jangan jadi liar."
Memang semua yang telah terjadi dengan
Troy kulaporkan kepada suamiku, sebagai tanda masih under control.
Dan suamiku malah tersenyum, tiada ekspresi kemarahan sedikit pun.
Bahkan semakin hangat dia memperlakukanku sebagai istri syah dan ibu
dari anaknya.
Lalu semuanya berjalan seperti biasa. Tanpa gejolak yang berarti
dalam rumah tanggaku. Sampai pada suatu malam...ketika aku pulang
arisan ibu-ibu di lingkunganku, kulihat Mas Janus tersenyum-senyum
sambil memelukku. Dan berbisik ke telingaku, "Aku lagi
bergairah sekali sekarang ini sayang. Biasanya kalau mau bersetubuh dengan Mas Janus, aku suka ke kamar
mandi dulu untuk membersihkan kemaluanku. Tapi malam itu Mas Janus
tak memberiku kesempatan. Langsung menelanjangiku di dalam kamar dan
menerkamku di atas tempat tidur. Aneh memang, ketika batang kemaluan Mas Janus membenam ke dalam
liang ku, aku merasakan gairahnya begitu hebat. Terlebih setelah
batang kemaluannya mulai mengenjot liang veggyku, oh, kenapa Mas
Janus jadi ganas begini? Apakah dia habis makan obat perangsang atau
bagaimana? Aku pun mulai menikmatinya dengan sepenuh gairah kewanitaanku.
Kugoyang pantatku dengan gerakan meliuk-liuk, membuat nafas Mas
Janus semakin mendengus-dengus. Aku pun terpejam-pejam dalam arus
kenikmatan.
Tetapi...ada yang aneh...ya...ini aneh. Bahwa ketika Mas Janus
sedang mengenjotku sambil menelungkup di atas tubuhku, terasa ada
yang mengelus-elus betis dan pahaku.
Aku mencoba memperhatikannya dengan seksama. Apa yang sedang
terjadi ini?
Dan alangkah kagetnya aku, setelah menyadari bahwa ternyata
memang ada tangan lain yang sedang mengelus pahaku. Tangan itu
adalah tangan Bang Benny! Ya, Bang Benny sudah berada di atas tempat
tidurku dalam keadaan tak berbusana! Bagaimana ini bisa terjadi?
Apakah ini semuanya sudah mereka atur sebelumnya?
"Ba..Bang Be...Benny?!" seruku tertahan.
Benny cuma tersenyum dan tetap mengelus-elus pahaku. Bahkan lalu
ia memegang bahu suamiku sambil berkata dengan senyum, "You
istirahat dulu dong...biar aku yang menggantikanmu..."
Aku tak tahu lagi apa yang harus kulakukan, terlebih ketika
kulihat suamiku malah mengangguk sambil tersenyum dan menarik batang
kemaluannya sampai terlepas dari liang kemaluanku. Dan Benny merayap
ke atas tubuhku sambil mengarahkan batang kemaluannya ke mulut ku.
Kupegang pergelangan tangan suamiku yang duduk di sebelahku
sambil menatapnya, "Mas..."
"Santai aja sayang," sahut suamiku sambil mengelus
pipiku, "Enjoy aja."
Belakangan aku tahu bahwa ketika aku sedang arisan, Benny datang
dan sengaja disembunyikan di kamar mandi yang bersatu dengan
kamarku. Ah...semuanya memang sudah direncanakan.
Perasaanku jadi bercampur aduk ketika lubang ku mulai dicoblos
oleh batang kemaluan Benny. Salah tingkah, karena suamiku
menyaksikan semuanya ini. Maka sambil menggenggam tangan suamiku
erat-erat, kupejamkan mataku...sambil merasakan nikmatnya zakar
Benny yang mulai maju-mundur di dalam jepitan liang kewanitaanku.
Orang bilang rumput di pekarangan tetangga selalu tampak lebih
hijau daripada di pekarangan sendiri. Kini aku merasakannya. Bahwa
ayunasn Benny terasa sekali membanjiri bathinku dengan kenikmatan.
Karena Benny tak hanya menggenjot nya di dalam ku, tapi juga
mengulum-ngulum puting payudaraku, sesekali mengisapnya kuat-kuat.
Sementara tangannya pun tidak diam. Terkadang mengelus anusku,
menimbulkan geli-geli nikmat yang membuatku sering menahan nafas.
Aku pun mulai merengkuh leher Benny dan memeluknya erat-erat, tanpa
berani memandang ke arah suamiku.
Ketika kubuka mataku, kulihat suamiku sedang melangkah ke kamar
mandi, mungkin mau pipis. Saat itulah aku merasa bebas untuk
menggoyang pinggulku seedan mungkin, karena enjotan Benny emang
terasa sekali enaknya. Dan ketika ia mencium bibirku, sengaja
kupagut dan kulumat bibirnya dengan penuh gairah. Biarlah, bukan aku
yang merencanakan semuanya ini.
Kelihatannya kelincahanku dalam meliuk-liukkan pinggul justru
membuat suamiku senang. Ia malah berkomentar setelah keluar lagi
dari kamar mandi, "Nah begitu dong, jangan bikin malu
aku....biar Benny tau istriku ini jago goyang...hihihihi..."
Aku masih belum mengerti kenapa suamiku bisa seperti itu. Yang
jelas, kulihat dia enjoy-enjoy aja melihatku sedang disetubuhi oleh
sahabatnya, enjoy-enjoy saja melihat pinggulku bergoyang-goyang
edan.
Benny pun sama enjoynya. Tanpa peduli kehadiran suamiku, Benny
terkadang mendesakkan batang kemaluannya dalam sekali, sampai
menyentuh ujung liang ku. Ini membuatku merengek nikmat, dengan mata
merem melek.
Ketika aku mau merasakan titik puncak
orgasmeku, tak terkendalikan lagi aku merintih-rintih histeris,
"Ooohhh...Bang Benny....oooh...aku mau orga Bang....ooooh...."
Tanpa peduli lagi bahwa suamiku sedang menyaksikan semuanya ini.
Susah melukiskan semuanya itu, karena aku sendiri dalam keadaan
edan-eling di puncak orgasme. Yang aku ingat, Benny melanjutkan
enjotan nya meski ku sudah becek. Dan pada suatu saat ia menekankan
batang kemaluannya kuat-kuat sambil mendengus,
ooooooo...oohhhh.....lalu terasa liang kemaluanku disemprot-semprot
cairan hangat, pada saat yang sama Benny mendekapku kuat-kuat, lalu
perlahan-lahan terasa batang kemaluannya melemas dan mengecil.
Aku pun memejamkan mata dalam letih dan puas. Tapi beberapa detik
kemudian suamiku menggantikan peran Benny, memasukkan lagi zakarnya
yang Masih keras ke dalam liang kemaluanku yang sudah kebanjiran air
mani Benny. Aku tak kuasa menolak ataupun memberikan saran. Aku
hanya terdiam, lalu berusaha memuaskan nafsu suamiku dengan goyangan
pinggul sebisa mungkin. Padahal sekujur tubuhku masih terasa
ngilu-ngilu.
Malam itu memang malam edan. Setelah suamiku ejakulasi, Benny
maju lagi. Dia minta agar aku mengubah posisiku jadi di atas. Lalu
terjadilah persetubuhan yang kedua dengan sahabat suamiku itu.
Tentu saja ronde kedua ini (kedua untuk Benny, ketiga untukku)
jauh lebih lama daripada ronde pertama tadi. Aku sendiri sudah tak
tahu lagi berapa kali mengalami orgasme saat itu. Yang aku tahu,
setelah lebih dari sejam kami bersetubuh, Benny mencabut nya dari
ku, kemudian menyemburkan sperma hangatnya di dalam mulutku.
Setelah Benny terkapar, aku bergegas menuju kamar mandi, untuk
berkumur-kumur dan membersihkan kemaluanku. Lalu kembali ke kamar,
tadinya ingin beristirahat. Tapi rupanya persetubuhanku yang kedua
dengan Benny tadi menyebabkan libido suamiku berkobar lagi!
Terpaksalah kuladeni lagi suamiku, karena merasa kasihan kalau
nafsunya tidak kupuasi. Tapi, oh my God....selesai suamiku
menyetubuhiku, Benny ingin meku lagi untuk yang ketiga kalinya!
Mungkin di situlah letak keistimewaan main threesome seperti yang
pernah diungkapkan oleh suamiku. Aku sudah membuktikannya. Suamiku
biasanya hanya menyetubuhiku 2 atau 3 hari sekali. Tapi malam itu,
ia mampu menyetubuhiku 3 kali! Berati aku mengalami hubungan sex 6
kali di malam edan itu!
ESOKNYA, sepulang dari kantornya, suamiku menghampiriku yang
sedang rebahan di kamar. "Bagaimana kesannya tadi malam,
sayang?"
"Lemes....tubuhku serasa dilolosi...." sahutku sambil
tersenyum canggung.
Suamiku memelukku dan berbisik, "Tapi kamu puas kan?"
"Lebih dari puas," sahutku sambil mencubit lengan
suamiku, "Mas sendiri sampai bisa tiga kali ya."
Suamiku mengangguk, "Itulah kelebihan threesome."
"Emang Mas gak cemburu waktu Benny sedang menyetubuhiku?"
tanyaku dengan pandangan penuh selidik.
"Tentu aja cemburu," sahut suamiku dengan senyum, "Tapi
di balik rasa cemburu, nafsuku jadi berkobar dengan hebatnya ketika
melihatmu sedang disetubuhi oleh Benny. Padahal belakangan ini aku
tak pernah lagi menidurimu lebih dari sekali dalam semalam kan? Tapi
tadi malam...."
"...Sampai tiga kali!" tukasku.
Suamiku mengangguk sambil tersenyum menggoda.
"Tapi...pada satu saat, mungkin Benny akan ngajak Mas untuk
mengeroyok Yayuk juga kan?"
Suamiku tercenung sesaat. Lalu katanya, "Mungkin saja. Tapi
aku pasti minta izin dulu padamu. Gakpapa kan?"
Meski berat terpaksa kujawab, "Gakpapa...biar adil....tapi
Mas...ada masalah lain yang selama ini jadi pikiranku..."
"Soal apa?"
"Si Troy itu...bagaimana kalau dia ketagihan?"
"Ajak aja ke sini. Biar aku bisa nonton diam-diam."
"Dia gak mau Mas. Takut sama Mas. Kan aku belum bilang kalau
semua yang telah terjadi itu keinginan Mas sendiri."
"Memang sebaiknya jangan bilang dulu. Nanti disangkanya aku
sudah gila. Padahal aku cuma ingin kreatif aja."
"Jujur aja, tadi pagi dia nelepon. Dia bilang
ketagihan...."
"Tentu aja ketagihan. Cowok mana yang tidak ketagihan
setelah merasakan enaknya mu. Hehehe...."
"Mm...kalau...kalau...ah gak deh..."
"Lho, ngomong kok gak diterusin?!"
"Takut Mas marah."
"Gak. Aku janji gak marah. Ada apa?"
"Kalau dia ngajak ketemuan di satu tempat gimana? Kabulkan
jangan?"
"Dia kost di luar kota, dekat kampusnya. Di rumah kost itu
banyak orang. Gak mungkin bisa ketemuan di sana."
"Kalau...kalau...kalau di hotel?"
"Boleh aja. Yang penting kamu harus laporan sama aku
nanti."
"Bener nih Mas?"
"Bener," suamiku mengangguk, sebaiknya sih di sini. Kan
bisa kuatur, misalnya pura-pura aku gak di rumah."
"Lalu diam-diam Mas ketemuan sama Yayuk lagi?"
"Nggak sayang. Intinya bukan itu. Aku merelakanmu digauli
orang lain bukan karena ingin selingkuh dengan wanita lain. Yang
penting bagiku, bisa menyaksikan waktu kamu digauli orang lain itu.
Hal itu akan membuatku cemburu, lalu bangkit nafsuku...seperti tadi
malam itu..."
"Yang tadi malam itu swinger juga Mas?"
"Bukan, yang tadi malam namanya threesome MMF. Kalau swinger
ya waktu di Puncak itu."
"MMF? Maksudnya?"
"MMF itu male-male-female. Kalau FFM female-female-male."
"Berarti bisa juga perempuannya dua orang, lelakinya
seorang?"
"Iya. Tapi pada dasarnya fisik wanita lebih siap untuk
menghadapi pria lebih dari seorang. Lelaki kan harus ereksi. Kalau
menghadapi wanita lebih dari seorang, pasti dia tak bisa memuaskan
wanita-wanita itu. Hanya buat gaya-gayaan doang. Kalau wanita kan
bisa melayani pria walaupun sambil tidur. Pria tidak bisa begitu.
Penisnya harus ereksi dulu sebelum melakukan kontak seksual."
"Berarti wanita lebih tangguh daripada lelaki dong Mas."
"Iyalah, aku harus jujur mengakui hal itu." suamiku
mengangguk, "Perempuan kan tinggal telanjang dan telentang, mau
diantri sama sepuluh lelaki juga bisa. Tapi lelaki? Kalau sudah
ejakulasi ya terkulai, letih lesu...dikasih bidadari juga belum
tentu mampu bangkit lagi...hehehe..."
Aku cuma tersenyum mendengar ucapan suamiku itu. Semacam
pengakuan lelaki. Bahwa sebenarnya perempuan ditakdirkan lebih
tangguh daripada pria secara fisik. Lelaki kalau dikasih 10 orang
cewek dalam semalam, pasti takkan ternikmati semua. Tapi wanita?
Diantri sama 10 orang lelaki juga bisa. Tapi poliandri tetap
merupakan hal yang janggal di dunia ini, sementara poligami banyak
terjadi di mana-mana.
"Kapan mau swinger lagi?" tanya suamiku tiba-tiba.
"Sama Benny dan Yayuk?" aku balik bertanya.
"Nggak harus dengan mereka. Masih banyak alternatif."
"Hah? Gak salah tuh?" aku melotot, "Rencana apa
lagi yang sudah tersimpan di hati Mas?"
"Masih kupikirkan," sahut suamiku datar, "Soalnya
kita harus yakin teman swinger kita bersih, jangan sampai menularkan
penyakit."
Aku tidak berani menanggapi. Lalu kata suamiku, "Kalau
dengan Benny dan Yayuk terus, kita bisa jenuh juga."
"Ih...emang Mas punya rencana sama siapa lagi?"
"Sudah ada dua pasang yang mau swinger sama kita. Tapi aku
harus memikirkannya dulu."
"Tapi Mas...apa hubungan kita nanti gak rusak?" tanyaku
sangsi.
"Nggak sayang," Mas Janus memelukku lembut, "Yang
penting jangan terlalu sering. Obat juga kalau over dosis bisa
berdampak negatif."
Aku cuma mendengarkan. Da kata Mas Janus lagi, "Sekali kita
swinger, kesannya akan melekat dalam waktu tertentu. Bisa sebulan,
bisa dua bulan dan seterusnya. Tergantung dari kesan yang kita
dapatkan pada waktu swinger itu."
Aku tetap tak mau menanggapi, takut salah ngomong.
Kata suamiku lagi, "Sebenarnya sekarang ada beberapa
perkumpulan swinger, tersebar di kota-kota besar. Tentu saja
aktivitas mereka gak terlalu terbuka. Semuanya dilakukan secara
rapi. Seolah-olah kumpulan arisan keluarga biasa."
"Masa sih?" aku tercengang, "terus bagaimana cara
aktivitas mereka?"
"Biasanya mereka bergerak tidak terlalu banyak, supaya tidak
menraik perhatian. Misalnya satu hari mereka berkumpul di sebuah
villa besar di luar kota. Mungkin yang hadir hanya enam atau tujuh
pasang. Lalu di villa itu mereka tukar pasangan, bisa dengan cara
mengundi atau atas kesepakatan semua pihak."
"Ih...kalau yang begitu jangan mau Mas. Lama-lama bisa over
dosis seperti kata Mas tadi."
Suamiku hanya tersenyum datar. Entah apa yang sedang berada di
alam pikirannya.
Kami sama-sama terdiam, hanyut dalam terawangan masing-masing.
Hari berganti hari tiada peristiwa yang penting, sampai pada
suatu hari, terjadilah peristiwa yang tak kuduga sebelumnya. Berawal
dari kontak telepon dengan adik iparku:
"HALLO...Lagi ngapain Troy?"
"Lagi nyantai aja. Apa kabar Mbak?"
"Baek. Kamu bener-bener kangen sama aku?"
"Kangen sekali. Gimana ya...mm..aku ketagihan Mbak...tapi
takut ketahuan sama Mas Janus."
"Ah, nggak apa-apa kok. Aku jamin abangmu nggak apa-apa."
"Nggak apa-apa gimana?"
"Nanti deh aku cerita. Tapi kalau kamu mau dan ingin bebas,
kan bisa ketemuan di hotel."
"Ih, takut Mbak. Sekarang sering ada razia di hotel-hotel.
Kalau sampai kena razia bisa heboh nanti. Mmm...kalau Mbak mau, aku
ada usul..."
"Aku punya temen, Piet namanya. Lengkapnya sih Pieter, tapi
biasa dipanggil Piet aja."
"Terus?"
"Rumahnya kosong, cuma dia sendiri di rumah itu. Orang
tuanya di Amerika."
"Terus?"
"Ya kita ketemuannya di rumah dia aja. Gimana?"
"Lho, kalau dia tau gimana?"
"Gakpapa Mbak. Orangnya fair kok."
"Terus?"
"Jujur, aku sudah bilang kapan-kapan mau numpang pake salah
satu kamar di rumah dia. Ya tadinya sih kalau Mbak gak keberatan,
mau kuajak ketemuan di rumah dia itu Mbak."
"Kalau dia tau kan malu, sayang."
"Di dalam kamar tertutup, masa dia tau apa yang kita
lakukan?"
Aku tercenung sesaat. Lalu terdengar lagi suara Troy di hpku,
"Kita ketemuan aja dulu di sana. Nanti Mbak pertimbangkan di
sana. Kalau Mbak gak sreg ya cari alternatif lain."
"Tapi kamu jangan bilang aku ini istri abangmu. Gak enak."
"Beres Mbak. Terus kapan kita ketemuan di sana?"
"Terserah kamu. Tapi harus di jam kerja."
"Mmm...Senin pagi aja ya."
"Senin lusa? Oke aku setuju. Soalnya tiap hari Senin abangmu
suka pulang telat, kadang-kadang sampai malam. Rumah temanmu itu di
mana?"
Troy menyebutkan suatu alamat rumah.
Kataku. "Kita langsung ketemuan di sana aja ya Troy. Jangan
keliatan bareng perginya."
"Baik, jam sembilan aku sudah stand by di rumah Piet. Mbak
mau pake apa ke sananya?"
"Ya pake taksi aja."
"Sip deh! Sampai ketemu di sana nanti ya Mbak."
"Oke. Take care Troy."
Setelah hubungan telepon terputus aku tercenung. Memang harus
kuakui, Troy membuatku kangen terus. Maklum dia masih begitu muda,
19 tahun juga belum. Tentu sangat beda dengan suamiku yang sudah 30
tahun. Aku sudah membayangkan betapa nikmatnya dalam gasakan dan
keperkasaan Troy nanti.
Rasanya lama sekali menunggu hari Senin tiba. Dua hari yang
kunantikan serasa menunggu dua bulan lamanya. Aku resah sekali
rasanya. Tapi kusembunyikan keresahanku ini, jangan sampai diketahui
oleh suamiku.
Senin yang dinantikan tiba juga. Jam 7 suamiku sudah berangkat
kerja. Setelah bunyi mesin mobilnya hilang dari pendengaran,
bergegas aku menuju kamar mandi. Membersihkan tubuhku
sebersih-bersihnya. Tak cukup dengan itu. Selesai mandi
kusemprot-semprotkan parfum ke setiap sela yang mungkin tersentuh
oleh Troy nanti. Aku ingin menimbulkan kesan seindah mungkin di
batin adik iparku itu.
Kukenakan celana jeans dengan t-shirt biru tua yang agak ketat.
Tak lama kemudian aku sudah berada di dalam taksi yang sedang menuju
alamat rumah teman Troy yang bernama Piet itu.
Rumah yang kutuju itu beberapa kilometer di luar kota. Aku agak
tertegun melihat kemegahan rumah dengan pekarangan yang sangat luas
itu. Pasti orang tua Piet bukan orang kebanyakan. Mungkin seorang
pejabat tinggi atau pelaku bisnis papan atas. Hal itu membuatku
ragu. Tapi begitu taksi berhenti di depan pintu pagar rumah megah
itu, Troy datang menjemputku. Dengan sopan ia membukakan pintu taksi
waktu aku mau turun.
"Temenmu mana?" tanyaku dengan perasaan tak menentu
waktu berjalan menuju pintu depan rumah megah itu.
"Lagi keluar dulu," sahut Troy sambil menggenggam
pergelangan tanganku, "Santai aja Mbak. Di sini aku merasa
seperti di rumah sendiri."
"Kita langsung aja ke kamar yang sudah disediakan di atas
yok," ajak Troy sambil menunjuk ke tangga yang menuju lantai
dua. Aku menurut saja, meski terasa sikapku serba canggung.
Di dalam salah satu kamar lantai atas, aku mulai merasa tenang.
Terlebih setelah Troy menutupkan pintunya.
Pandanganku tertumbuk ke sebuah foto besar berbingkai silver.
Foto seorang anak muda di atas sebuah motor Harley Davidson. Tampan
sekali anak muda itu. Aku menduganya seorang artis yang belum
kuketahui namanya. Tapi Troy menunjuk foto itu sambil menerangkan,
"Itulah Piet. Ganteng ya Mbak."
Aku cuma mengangguk cuek, padahal hatiku berkata, "Ganteng
dan sexy sekali temanmu itu...."
Kamar itu ada kamar mandinya. Maka bisikku, "Aku mau pipis
dulu ya."
Troy mengangguk sambil tersenyum. Aku pun masuk ke dalam kamar
mandi itu. Bukan cuma mau pipis, tapi sekalian ingin mencuci ku
sebersih mungkin. Karena aku yakin ku akan dijilati oleh Troy nanti,
jangan sampai ada bau yang kurang sedap, meski sudah disemprot
parfum di rumah tadi.
Celana jeans dan BH kugantungkan di kamar mandi. Keluar dari
kamar mandi dengan hanya mengenakan CD dan t-shirt. Rupanya Troy
juga sudah melepaskan celana jeansnya, sama seperti aku, tinggal
mengenakan t-shirt dan CD.
Senyum Troy tampak menggoda waktu aku menghampirinya. Lalu
memelukku dengan hangat. Dan menciumi pipi serta leherku, lalu
melumat bibirku dengan hangat dan membangkitkan gairahku.
Supaya Troy lebih leluasa menikmati
kemulusan tubuhku, kulepaskan t-shirtku, sehingga payudaraku yang
masih terawat kencang ini tak tertutup apa-apa lagi. Troy pun
menanggalkan t-shirtnya. Lalu memelukku dengan hangat dan meraihku ke
atas tempat tidur. Aku pun mulai menggelinjang nikmat ketika Troy
mulai menjilati puting payudaraku. Tak hanya itu, lidahnya mulai
menjilati pusar perutku dan turun terus, sampai akhirnya kemaluanku
mulai dijilatinya dengan penuh semangat. Aku pun mulai
menggeliat-geliat dalam arus kenikmatan, sambil merengek
lirih,"Troy...oooh...ini enak sekali sayang...kamu be...belajar
dari siapa sih...kok pintar amat kamu main emut begini...?"
"Belajar dari film bokep," sahut Troy sambil
menghentikan jilatannya sesaat, lalu menyedot-nyedot kelentitku
membuatku mendesah-desah lagi dalam nikmat.
"Udah Troy...masukin aja....cepet...aku pengen melepas
kangenku sama tititmu yang gagah itu..." pintaku sambil menarik
bahu Troy agar naik ke atas tubuhku.
Troy mengikuti ajakanku. Ia mulai mengarahkan batang kemaluannya
ke mulut ku. Aku pun membantunya, merenggangkan pahaku sambil
memegang batang kemaluan Troy dan menekankan puncaknya pas di mulut
veggyku. Lalu aku mengedipkan mata, sebagai tanda agar ia mulai
mendorong...dan...aaah...batang kemaluan Troy mulai melesak dengan
mantapnya ke dalam liang kemaluanku!
Tapi setelah mulai menggeser-geserkan zakarnya maju mundur dalam
liang kenikmatanku, ia berkata terengah, "Mbak jangan marah
ya...sebenarnya Piet ada di rumah ini. Dia ingin nonton kita
Mbak..."
"Apa?" aku kaget, tatapanku tertuju ke foto besar yang
terpampang di dinding itu. Foto anak muda yang tampan itu, "terus
kalau dia ngiler nanti gimana? Kamu kok ada-ada aja."
Nada ucapanku seperti protes. Tapi diam-diam aku teringat pada
peristiwa main bertiga dengan Benny. Apakah pagi ini akan terjadi
kisah yang mirip itu?
"Dia orang sopan Mbak. Dia hanya ingin nonton. Tapi...kalau
dia gak tahan dan ingin ikutan, mainin aja nya sama tangan
Mbak...itu juga kalau Mbak gak keberatan. Pokoknya aku jamin tidak
akan ada pemaksaan, Mbak." Troy mulai mengenjot nya dengan
gerakan syur, yang membuatku mulai terpejam-pejam.
"Nggak tau ah..." sahutku pura-pura tidak suka. Tapi
diam-diam khayalanku mulai melambung...membayangkan sesuatu yang
luar biasa indahnya.
"Dia menunggu izin Mbak untuk masuk ke kamar ini. Izinkan
jangan?" tanya Troy sambil menghentikan gerakannya sejenak.
"Terserah kamu aja lah," sahutku dingin. Padahal
diam-diam aku ingin melihat apakah Piet itu setampan wajah di foto
itu?
Tanpa menghentikan genjotan nya, Troy berseru, "Piet! Come
on...!"
Aku rada degdegan juga ketika kudengar pintu dibuka. Soalnya aku
dalam keadaan begini, keadaan telanjang bulat dan sedang disetubuhi
oleh adik iparku.
Lalu tampak seorang anak muda tinggi semampai dengan wajah, Oh my
God...! Tampan sekali cowok bernama Piet itu. Tubuhnya pun tinggi
sekali, mungkin ada 190 cm tingginya. Dan senyumnya itu,
oh...jangan-jangan aku bisa jatuh hati nanti...!
"Kenalan dulu dong," Troy menghentikan entotannya
sejenak, sambil menoleh ke arah Piet.
Aku yang sedang terlentang ini sempat juga berjabatan tangan
dengan Piet. Ini adalah jabatan tangan yang paling canggung dalam
hidupku. Karena aku sedang bertelanjang bulat, sedang dientot pula
oleh Troy. Tapi di balik itu semua, aku benar-benar kagum melihat
tampang dan sikap Piet. Jujur, aku belum pernah melihat cowok
setampan Piet. Dengan melihat senyumnya saja hatiku sudah tergetar
hebat. Dan waktu tangannya menjabat tanganku sambil menyebutkan
namanya, terasa ada aliran hangat yang membuatku luluh. Oh, andaikan
Piet meminta untuk menyetubuhiku, aku mau dan rela lahir bathin!
"Ayo lanjutkan Troy," kata Piet sambil duduk di samping
kananku, "Ini pertunjukan dahsyat....aku suka sekali."
Troy pun melanjutkan permainan surgawi ini. Dengan mantap batang
kemaluannya menggenjot liang kewanitaanku lagi. Sementara Piet
seperti asyik sekali memperhatikan semuanya ini.
"Ahhh...ini merangsang sekali, jauh lebih edan daripada
nonton bokep," cetus Piet sambil menekan-nekan bawah perutnya.
Aku merasa kasihan juga. Meski sedang menikmati asyiknya enjotan
Troy, kugenggam pergelangan tangan Piet dengan hangat. Piet senang
kelihatannya dengan genggamanku.
"Ih, aku jadi ngaceng, Mbak...." katanya malu-malu.
"Masa...?" sahutku terengah, karena entotan Troy terasa
makin gencar. Dan penasaran juga, sengaceng apa cowok tampan itu.
Lalu kujulurkan tanganku, hinggap di bawah perut Piet yang masih
berpakaian lengkap itu. Kutarik ritsleting celana jeansnya, agak
susah dan Piet membantuku menarik ritsleting celananya. Lalu
tanganku menyelinap ke balik celana dalamnya. O, my God! Apa aku gak
salah pegang? Aku menyentuh sesuatu yang besar sekali, mungkin sama
dengan pergelangan tanganku! Bahkan mungkin lebih besar lagi, sudah
keras dan hangat pula!
Aku terkesiap. Mungkinkah ada sebesar
itu?
Ketika kutatap wajah cowok abg itu, dia cuma tersenyum
malu-malu, karena aku sedang berusaha menggenggam nya yang masih
tersembunyi di balik celananya. Dan aku tak berhasil menggenggam
sepenuhnya, saking besarnya batang kemaluan anak muda itu. Lalu
kutarik-tarik celana jeansnya, sebagai pertanda agar ia melepaskan
celananya.
Sambil tersenyum cowok rupawan itu menurunkan celana
jeans dan CDnya. Wow! Aku benar-benar kaget melihat panjang dan
besarnya batang kemaluan anak muda itu! Besar sekali! Panjang sekali!
Apakah aku tak salah lihat?!
Perhatianku yang tertumpah ke alat
kelamin Piet, membuatku kurang konsentrasi pada yang sedang Troy
lakukan di atas tubuhku.
Aku menggapaikan tanganku. Anak muda
bernama Piet itu mengerti dan segera mengangsurkan nya ke dekat
tanganku. Darahku tersirap-sirap waktu memegang batang kemaluan yang
sudah tegang itu. Benar-benar tidak tergenggam oleh tanganku!
Diameternya hampir sama dengan diameter gelas! Dan panjangnya...aku
yakin takkan kurang dari 25 cm! Aku tak pernah membayangkan akan ada
batang kemaluan segede dan sepanjang ini.
Aku mulai mengelus
bagian kepala dan leher zakar Piet, sementara Troy tetap gencar meku.
Tapi ia masih sempat membisiki telingaku, "Dia belum pernah
bersetubuh dengan perempuan, Mbak."
"Masa sih?"
tanyaku heran, sementara tangan kananku mulai berusaha meremas zakar
Piet dengan lembut...dengan nafsu yang menjadi-jadi.
"Betul,"
sahut Troy tanpa menghentikan entotannya, "Dia anak pingitan
Mbak."